CUCI OTAK

Rabu, 10 Agustus 2011

TARI PECUT: KESENIAN TRADISIONAL YANG KURANG MENDAPATKAN PERHATIAN PEMERINTAH DAN HAMPIR HILANG DITELAN JAMAN

Posted by Rastaman Aswajais Palengaan 08.50, under | No comments

Tari pecut adalah tarian tradisional yang berasal dari sebuah desa gemah ripah loh jinawi. Desa ini terletak kira-kira 1,5 km dari kecamatan Palengaan. Desa Palengaan Daja. Itulah nama desa ini. Daja yang dalam bahasa Indonesia berarti utara. Diberi nama Daja, karena desa ini berada di sebelah utara kecamatannya yang juga bernama Palengaan. Jadi, desa Palengaan Daja berarti Palengaan Utara, dalam bahasa Indonesia. Dari desa inilah tari pecut “lahir”, tepatnya di dusun Taretah I.
Tarian ini diberi nama tari pecut, karena penarinya dalam menarikan tarian ini menggunakan pecut. Tarian ini ditarikan oleh para lelaki. Tarian yang tidak diiringi alunan musik ini, kalau dilihat dari gerakannya, merupakan gerakan seni bela diri pencak silat yang kemudian “dimodifikasi” menjadi sebuah gerakan tari.
Tarian yang satu ini lahir sekitar tahun 1966 atas prakarsa alm. K. Thahir dan alm. H. Rasyid/Moh. Lawi yang didukung oleh alm. K. Syuja’i, Moh. Sukar, alm K.H. Syafra’i dan alm. H. Ali.


Pada tahun 1971, H. Rasyid, Moh. Sukar dan K. Syuja’i ditahan selama satu minggu oleh Polres Pamekasan, karena dianggap tarian yang beliau pelopori membahayakan. Dianggap membahayakan, karena tersebar isu, bahwasanya pecut yang digunakan oleh para penari tari pecut apabila dipukulkan pada mobil tank bisa hancur. Jadi dengan alasan itulah kemudian tiga pelopor tari pecut ditahan, dengan status tahanan politik. Tapi atas usaha keras alm. K.H. Asy’ari yang pada waktu itu beliau sebagai pengasuh pondok pesantren Miftahul Ulum Kebun Baru sekaligus menjabat sebagai pengurus MWC NU Palengaan, ketiga tahanan politik itu berhasil dikeluarkan dari balik jeruji besi Polres Pamekasan.

Tari pecut pertama kali tampil pada perayaan harlah NU ke 40 di desa Kacok Palengaan. Dan sekarang tarian ini sudah jarang tampil. Meskipun tampil, mungkin, hanya setahun sekali, pada acara harlah NU atau acara-acara ke-NU-an lainnya. Mungkin karena kurangnya perhatian pemerintah -bahkan bisa dikatakan tidak memberikan perhatian sama sekali- pada tarian yang satu ini, maka tarian ini sudah hampir punah.
Tari pecut yang seharusnya dilestarikan, kini sudah mulai dikikis oleh tarian-tarian modern. Kurangnya perhatian pemerintah dan sikap apatis para pemuda di tempat lahirnya tarian tersebut dengan nasib tarian yang merupakan hasil karya seni pendahulu mereka. Mungkin bila mereka disuruh untuk memilih antara tari pecut dan tarian modern, maka mereka akan memilih tarian-tarian yang, menerut mereka lebih modern dan nge-trand yang datangnya dari negara-negara Barat atau yang biasa mereka sebut dengan istilah dance.
Bukan berarti belajar nge-dance tidak boleh, tapi alangkah baiknya mendahulukan tarian-tarian yang lahir dari pendahulu-pendahulu kita. Belajar nge-dance boleh, tapi jangan sampai melupakan tarian kita sendiri. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Syaikh Zarnuji dalam karangannya yang terkenal, Ta’lim al-Muta’llim:
“melestarikan peninggalan para pendahulu yang baik, dan mengambil yang modern yang selaras.”
Kita tidak boleh membuang begitu saja hasil-hasil karya dan jerih payah pendahulu kita. Begitu juga dengan hal-hal baru. Kita tidak bisa mengikutinya begitu saja. Selain itu, ada seorang ahli thariqat mengatakan, “generasi yang baik adalah generasi yang menghargai dan melestarikan peninggalan-peninggalan pendahulunya.”
Tari pecut bukan sekedar tarian saja, tetapi ada pesan filosofis yang terdapat dalam gerakan tarian ini. Yaitu, kita harus tegar dan tidak mudah mengeluh dalam menghadapi berbagai cobaan hidup. Filosofi ini terkandung dalam gerakan atraksi memukul badan teman yang juga sedang menari, tapi teman yang dipukul bisa bertahan dan tidak merasakan sakit sama sekali.
Itulah cerita singkat tarian tradisional, yang hampir hilang ditelan jaman, yang mempunyai banyak keunggulan ,dan sarat dengan kandungan filosofis, dibandingkan dengan tarian-tarian modern yang sekarang sedang marak dipelajari anak-anak muda.

0 komentar:

Posting Komentar