CUCI OTAK

Selasa, 01 November 2011

JIHAD Vs. KEKERASAN

Posted by Rastaman Aswajais Palengaan 16.38, under | No comments

Jihad! Kalo denger kata yang satu ini, pasti yang terlintas di benak sebagian orang adalah bom, kekerasan, gak berprikemanusiaan ato yang ekstrem-ekstrem ‘en serem-serem lainya. Kok serem, emangnya hantu apa?
Karen Armstrong dalam bukunya ngejelasin, kalo jihad itu merupakan nila-nilai spritual yang baik yang bagi kebanyakan umat Islam gak ada kaitannya ama kekerasan. Dia menilai kalo sejumlah orang udah ngelakuin kesalahan dan lebih suka nyebut teroris dengan istilah 'para pelaku jihad'. Dia nekanin lagi kalo teroris sama sekali gak ngewakilin Islam yang sebenarnya.
Biar lebih jelas lagi, terusin bacanya ya!

Definisi Jihad

Dalam Al-Quran kata jihad terulang sebanyak empat puluh kali dengan bentuk yang beragam. Tapi kaya yang udah dipaparin ama Armstrong, kalo kata jihad gak ada hubungannya ama kekerasan dan emang ada sebagian orang yang ngubung-ngubungin jihad ama teroris. Yang begitu itu ngelecehin Islam banget ya?
Sebenernya apa sih jihad itu? Dan apa jihad itu selalu identik ama kekerasan? Oke, sekarang kita siap-siap ngelakuin pembedahan (kaya mau operasi aja...) untuk nyari apa itu jihad yang sebenernya.
Sebenernya cukup kita liat asal katanya aja, kita gak bakalan ngerasa takut ngeri ato yang lainnya kalo denger kata jihad. Kata jihad berasal dari bahasa Arab jaahada – yujaahidu – mujaahadatan - jihaadan yang artinya berusaha sekuat tenaga, bersungguh-sungguh dalam ngelakuin sesuatu.
Dalam kamus bahasa Arab Al-Munjid, jihad berarti bersungguh-sungguh menjaga agama Allah. Tapi inget! Yang dimaksud menjaga di sini adalah ngejaga nama baik Islam yang sebagai bentuk kasih sayang-Nya ke seluruh alam dan ngejalanin semua kewajiban kita dengan bersungguh-sungguh demi kemajuan Islam.
Karen Armstrong, ngritik stereotipe kata jihad yang berasal dari bahasa Arab, semata-mata diartiin dengan perang suci doang. Para ekstrimis dan polistikus yang gak bermoral udah nyuri kata itu buat tujuan-tujuan mereka sendiri, makna sebenarnya dari jihad bukan hanya 'perang suci' tapi 'perjuangan' atau 'ikhtiar'. Umat Islam diperintahin untuk berjuang sekuat tenaga di berbagai aspek-sosial, ekonomi, intelektualitas, etika dan spiritual-untuk melaksanakan perintah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Ada lagi nih, coy. Menurut pengarang Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab dalam salah satu bukunya ngejelasin kalo jihad itu adalah suatu aktifitas yang unik, menyeluruh dan gak bisa disamain ama aktifitas yang lain –sekalipun itu aktifitas keagamaan.
Kalo gitu, mana seremnya jihad? Gak ada, khan? Lah wong yang bikin kata jihad itu serem adalah mereka-mereka yang emang pengen dan punya kepentingan buat ngejelek-jelekin Islam. Mereka gak mau ngeliat orang-orang Islam seneng, makanya mereka ngubung-ngubungin kata jihad ama teroris.

Jihad Yuk...!

Akhir-akhir ini, banyak orang yang ngerasa takut, ngeri, nganggep sesuatu yang ekstrem kalo denger kata jihad. Perasaan itu mungkin disebabin ama salahnya pemahaman ama sebagian orang yang ngasih pengertian jihad dengan make arti perjuangan fisik doang, perang suci dan lainnya yang berbau kekerasan, plus rentetan tragedi-tragedi yang ama beberapa orang dihubung-hubungin dengan Islam ato jihad, kaya tragedi-tragedi pengeboman di Plaza Atrium, Pulau Dewata, Bali, Kedubes Australia, Mega Kuningan, JW Mariot jilid I ato yang tragedi edisi terbaru (kok edisi sih, emangnya buku apa?) di JW Mariot ama Ritz Carlton yang terjadi tanggal 17 Juli kemaren. Ato yang masih hangat diperbincangkan: Bom di Masjid Adz-Dzikra dan di Solo kemaren.
Emang sih salah satu bentuk jihad itu adalah perjuangan fisik, tapi inget! Masih banyak kok jihad lainnya yang gak hanya jihad fisik doang.
Biar kalian tau ya, sebenernya jihad itu dibagai dua: pertama, jihadud din (jihad memperjuangkan agama) dan jihadun nafsi (jihad melawan hawa nafsu). Sedangkan yang dimaksud jihadud din adalah ngebela abis-abisan agama Allah ini bila ada yang nyoba ngeganggu Islam dengan make kekerasan ato mau merangin Islam. Nah, jihad ini yang ngewajibin kita ngangkat senjata buat ngelawan orang yang ngegangguin itu tadi. “Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka.” (Q.S Al-Baqarah: 191). Dengan kata lain, Islam ngajarin kita untuk bersikap difensif dari pada bersifat opensif dalam urusan perang. Kenapa begitu? Karena dalam peperangan, gak cuma pihak yang terlibat dalam peperangan doang yang bakalan jadi korban, tapi masyarakat kecil juga bakalan kena implikasinya. Jadi Islam gak pernah ngajarin tuh yang namanya kekerasan.
Menurut pengamatan beberapa pengamat terorisme di Indonesia, kaya Sydney Jones, bilang kalo salah satu tujuan dari orang-orang yang ngelakuin pengeboman itu tujuannya adalah buat ngebunuh orang-orang non-Islam (kafir). Yang namanya Islam, gak pernah ngajarin begitu, karena kalo mo ngomongin masalah toleransi, selama berabad-abad Islam punya catetan yang lebih baik dibandingin dengan agama lainnya kalo dalam urusan toleransi dan Al-Quran juga gak pernah maksain orang lain buat meluk agama Islam: “Tidak ada paksaan untuk menganut agama (Islam) (Q.S. Al-Baqarah: 256). Bahkan, kita ama Rasulullah dilarang ngebunuh orang kafir yang hidup damai dengan umat Islam (kafir dzimmy), “Barang siapa yang memerangi (membunuh) orang yang berjanji (untuk hidup damai dengan orang islam [kafir dzimy]), maka dia tidak akan mencium bau surga yang baunya itu tercium dari jarak empat puluh tahun perjalanan.” (H.R Bukhari). Ada lagi haditsnya: “Barang siapa menyakiti kafir dzimmy, maka dia sungguh-sungguh menyakitiku.”
Sebelum para pasukan Islam hendak berangkat menuju perang Mu’tah, Rasulullah berpesan kepada para pasukan Islam untuk tidak membunuh anak kecil, para wanita, orang-orang yang udah tua, gak ngerusak fasilitas umum, gak ngerusak tanaman juga gak dibolehin nyerang orang-orang yang ada dalam tempat ibadahnya. Itu pesan Rasul ama pasukan yang hendak berangkat perang. Jadi rangkaian tragedi pengeboman di negara kita ini gak ada hubungannya ama yang namanya jihad. Dalam tragedi-tragedi itu yang jadi sasaran bukan cuma para wanita, tapi anak kecil, orang-orang tua, ngerusak fasilitas umum, ngerusak tumbuhan ato kalo kaya di Poso juga ada masjid dan gereja yang jadi sasaran pengeboman. Sedangkan Rasul ngelarang ngelakuin tindakan-tindakan pengrusakan itu sekalipun dalam jihad dengan fisik.
Kalo tadi kita udah ngebahas soal jihadud din, sekarang kita bakalan ngebahas soal jihad paling dahsyat yaitu jihadun nafsi.
Sepulang dari perang Badar yang merupakan perang terbesar dalam sepanjang sejarah perjuangan Rasulullah, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, apakah ada perang yang lebih dahsyat lagi dari perang Badar ini?” Rasulullah jawab, “Kita baru saja pulang dari perang kecil menuju perang yang lebih dahsyat lagi.” Mendengar jawaban Rasul tadi, para sahabat kaget, heran dan ngerasa gak percaya, “Perang apakah itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Perang melawan hawa nafsu.”
Dalam sebuah hadits Rasulullah pernah bersabda, “ Berjihadlah menghadapi hawa nafsumu sebagaimana engkau berjihad menghadapi musuhmu.” (Al-Hadits).
Dalam Al-Quran Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S Al-’Ankabut: 69).
Yang dimaksud dengan jihad dalam ayat itu adalah berusaha keras ngelawan hawa nafsunya untuk nyari dan menggapai ridla-Nya. Dan barang siapa yang bersunggu-sungguh nyari ridla Allah, maka Allah bakalan nunjukin jalan untuk mencapai keridlaan-Nya itu. Dan yang dimaksud dengan orang-orang yang berbuat baik yang terdapat pada ayat itu, dalam Tafsir Al-Jalalaini diinterpretasiin dengan orang-orang yang suka tolong-menolong.
Ayat ini dalam Riyadlus Shalihin dijadiin salah satu dasar dalam bab mujahadah (bersungguh-sungguh dalam ngejalanin perintah Allah).
Sebenernya, semua umat Islam itu berkewajiban untuk berjihad lho...
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan ama Al-Bazzar dan Thabrani, dikisahin suatu ketika ada seorang wanita yang ngakunya utusan dari para wanita dateng ngadep ke Rasulullah. Wanita itu nanyain tentang jihadnya para wanita (istri). Rasul menjawab, “Sampaikan informasi kepada kaum wanita yang anda jumpai, bahwa ketaatan istri terhadap suaminya dan memenuhi hak-hak suami adalah mengimbangi perang jihad dan menduduki kedudukan perang fi sabilillahi. Namun kaum wanita yang seperti anda sedikit sekali yang melakukannya.”
Kisah di atas ngejelasin, kalo jihad itu punya arti yang luas banget. Dan dari kisah itu juga, kita dapet ngambil kesimpulan kalo jihad itu adalah bersungguh-sungguh dalam ngejalanin aktifitas kita sehari-hari, misalnya: yang jadi ibu rumah tangga, berjihad (sungguh-sungguh) dalam ngejalanin kewajibannya sebagai ibu rumah tangga; yang jadi guru, berjihad dalam ngedidik murid-muridnya; yang jadi siswa ato siswi, berkewajiban untuk berjihad dalam nuntut ilmu; yang jadi petani, berjihad dalam dunia taninya; apalagi yang jadi wakil rakyat, wajib hukumnya ngejalanin tugasnya dengan baik dalam ngemban aspirasi rakyat. Begono, bro, yang dimaksud dengan jihad.