CUCI OTAK

Kamis, 05 Januari 2012

WAY of LIVE

Posted by Rastaman Aswajais Palengaan 09.04, under | No comments

Pendidikan: Sumber & Jawaban Semua Masalah Di Indonesia
Di balik penciptaan manusia yang sebenernya adalah untuk beribadah kepada-Nya dan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56), “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Al-Baqarah: 30).
Kaya yang udah kita bahas bareng-bareng, kita (para pemuda) adalah calon pemimpin di masa depan. Tapi, selain kita sebagai calon pemimpin, kita juga sebagai khalifah di muka bumi ini. Maka dari itu, bro, siapkanlah diri kamu lahir dan batin, biar gak kaya Jepang dalam film The Last Samurai. Dengan kata lain, masa depan suatu bangsa, ato lebih luas lagi ke planet bumi, itu tergantung ama para kaum remajanya: kalo remajanya baik, niscaya masa depan bangsa itu bakalan cerah. Tapi, kalo remajanya ancur, remajanya apatis alias cuek, remajanya akhlaknya amburadul, maka bisa dipastiin masa depan bangsa itu bakalan... Waah... kayanya gak bisa diungkapin lewat kata-kata deh, pren.
Untuk masa depan bangsa ini yang lebih cerah, menurut Syaikh Mushthofa Al-Gholayainy, kuncinya adalah melalui pembinaan akhlak (khususnya para remajanya) melalui pendidikan (agama), karena hal itu jadi dasar buat ngebangun pribadi-pribadi yang berjiwa tinggi yang nantinya bakalan bermanfaat buat kebangkitan bangsa ini dari krisis multidimensi. Makanya, pren, gak berlebihan kalo presiden pertama kita, Ir. Soekarno bilang, “Beri aku sepuluh ribu pemuda, maka aku akan mengguncang dunia.” Tapi kayanya para pemuda sekarang kurang menyadari perannya dalam negara ini. Kalo pemuda dulu khan nyadar banget, buktinya sampe lahir Sumpah Pemuda dan Budi Utomo. Betul, gak? Hayoo ngaku...!!!
Kenapa dalam hal ini para remaja lebih diprioritaskan?
Karena para remaja itu sebagai calon pemimpin, dan rata-rata jiwa para remaja, kaya kita-kita ini, masih ada dalam masa pencarian jati diri. Kalo udah sejak remaja jiwanya dikenalin ama ajaran Islam, pasti gak bakalan ada kenakalan-kenakalan remaja yang sangat sulit buat diantisipasi, gak bakalan ada yang namanya banjir ato longsor, karena para pemimpinnya udah dibekalin ajaran agama sejak remaja. Kok banjir sih? Apa hubungannya? Banjir ama longsor khan –selain karena kehendak Allah- banjir juga disebabin tangan-tangan jahil manusia yang suka gundulin hutan ato kalo tetangga jauh kita bilang illegal logging kaya kepalanya pak Ogah. Ih, gak lucu deh! Dalam Al-Quran Allah berfirman, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Ruum: 41). Nah, di situlah pentingnya pendidikan agama sejak remaja.
Di sekolah-disekolah, kita khan cuma dikasih tau kalo hutan dibotakin (eh, digundulin maksudnya), maka bisa ngakibatin banjir, longsor dan yang lainnya, tanpa ngejelasin kalo itu adalah bentuk murka Allah ke para pelakunya, dan nanti di akhirat bakalan dapet “bonus” siksaan yang lebih parah lagi dari Allah.
Tapi sayangnya sistem pendidikan di negara kita ini orientasinya hanya fulus dan buat ngedapetin kesenengan di dunia doang, tanpa merhatiin unsur ruhiyah para siswa. Singkatnya, pendidikan di negeri kita hanya material oriented doang. Kenyataannya, pelajaran agama di sekolah-sekolah hanya dapet porsi sedikit (seminggu sekali). Itupun hanya dialokasiin waktu satu ato dua jam doang dan penyampaeannya pun monoton. Jadinya, jiwa-jiwa para siswa kering banget tuh ama yang namanya iman ato ilmu agama. Kalo udah yang namanya iman gak dikenalin secara maksimal dan optimal, bisa-bisa entar para siswanya bakalan mikir, “Yang penting gua bisa hidup seneng. Urusan halal-haram ato orang lain mah belakangan.” Kenapa bisa begitu? Karena orientasi pendidikannya hanya untuk nyambung hidup. Udah gitu, guru-gurunya juga sering ninggalin sekolahnya buat demo nuntut kesejahteraan. Jadinya, murid-muridnya deh yang jadi korban.
By the way, any way, bus way, kalo kita ngomongin soal kesejahteraan guru, Islam ngehargain banget lho pahlawan tanpa tanda jasa ini. Dulu, pada masa Khalifah Umar Ibnul Khattab, guru-guru itu dapet gaji sebesar 15 dinar sebulan. Satu dinar itu setara ama 4,25 gram emas. Kalo gitu, 15 dinar itu setara ama 63,75 gram emas. Kalo itu kita konversi ke mata uang kita, kira-kira Rp.15.937.500 (itu kalo 1 gram emas dihargain 250 ribu). Hebat, gak tuh? Makanya, bro, pada jaman Umar Ibnul Khattab, dulu, gak ada ceritanya guru demo minta kesejahteraan ato minta kenaikan gaji. Lah wong kebutuhan hidup mereka udah bisa tercukupi ama gaji itu kok. Jauh banget ama di negara kita ini, khan?
Di negara kita ini, sob, banyak guru bahkan kepala sekolah yang nyambi jadi tukang ojek, pedagang yang kakinya lima (maksudnya tuh pedagang kaki lima), ada yang nyambi jadi pemulung juga ato yang lainnya, yang di mata sebagian manusia pekerjaan itu dianggep “hina”. Kenapa bisa begitu? Ya itu tadi, karena gajinya itu gak cukup buat menuhin kebutuhan keluarganya ato mungkin hanya cukup buat menuhin kebutuhan hidupnya selama seminggu doang. Sebenernya gak apa-apa sih guru kerja begituan, khan yang penting halal dan bisa bertahan hidup. Tapi ini masalah kesejahteraan, bro. Yang begitu itu gak bisa didiemin begitu aja.
Ada lagi nih. Di jaman yang serba susah ini, pendidikan seakan-seakan hanya jadi milik orang-orang yang ber-uang doang. T’rus, monyet ama yang lainnya ke mana? Emang sih pemerintah udah ngadain program yang namanya sekolah gratis, tapi kenyataannya masih banyak sekolah-sekolah “nakal” yang masih mungutin uang iuran ke para siswanya dengan alesan yang macem-macem.
Dalam sejarah pendidikan Islam, gak ada tuh yang namanya iuran buat ini lah, buat itu lah, bahkan yang lebih hebatnya lagi, pada masa ke-khalifah-an Harun Ar-Rasyid, para pelajar dikasih jaminan sebesar 100 dinar perbulannya. Coba bayangin! 100 dinar, cuy... Jauh banget dari uang saku kita, khan? Kalo di negara kita khan cuma yang berprestasi ato yang gak mampu doang yang dapet tunjangan pendidikan (baca: beasiswa). Kalo dalam Islam, mau dia orang kaya ato orang miskin, mau dia berprestasi ato gak, yang penting statusnya sebagai pelajar dia dapet tuh yang namanya tunjangan.
Coba deh bayangin! Kalo itu diterapin di negeri kita, pasti gak bakalan ada yang namanya siswa putus sekolah ato anak-anak jadi penyanyi jalanan alias ngamen buat nunjang sekolahnya. Jadinya, jalanan jadi tertib deh. Itu masih mending, bro, kalo cuma ngamen, kadang-kadang mereka sampe (naudzubillah) nyopet biar tetep sekolah. Bahkan nih ya, ada yang sampe ngejual kehormatan mereka biar mereka tetep dapet yang namanya pendidikan.
Kasus-kasus yang ngelanda negeri pertiwi ini, itu ‘tak lain dan ‘tak bukan karena pendidikannya yang dikomersilin dan sistem pendidikannya yang sekuler (misahin antara agama ama kehidupan) dan kapitalis yang hanya mentingin dan berorientasi ama industri dan ketenaga kerjaan doang, bahkan bisa dibilang me-nomor sekian-kan pelajaran agama.
Kalo sistem yang seperti itu diilangin dan ganti ama sistem pendidikan dan kurikulum yang diajarin ama Rasulullah, maka gak bakalan ada yang namanya tindakan-tindakan kriminal, baik itu di dunia nyata maupun tindakan kriminal, yang lagi marak-maraknya sekarang, di dunia maya ato kalo bahasa kerennya tuh biasa disebut dengan istilah cyber crime.
Sistem pendidikan dan kurikulum yang diajarin ama Rasulullah, bukan cuma ngajarin pengetahuan agama doang, tapi ilmu-ilmu yang bisa dimanfaatin di dunia juga. Dengan kata lain, ilmu yang berhubungan ama pengetahuan agama dan dengan ilmu pengetahuan yang lainnya itu porsinya harus sama rata. Fifty-fifty lah singkatnya. Dalam sebuah hadits shahih Rasul bersabda, “Barang siapa yang ingin (sukses di) dunia, maka ia harus (meraihnya) dengan ilmu, dan barang siapa yang ingin (sukses di) akhirat, maka ia harus (meraihnya) dengan ilmu.” Ada lagi hadits yang berbunyi, “Agama dan dunia laksana kedua kaki. Barang siapa yang hanya berjalan dengan satu kaki saja, maka dia akan pincang.” Dan ternyata sabda Rasul itu terbukti berhasil nyetak generasi-generasi yang multifungsi. Contohnya, bapak kedokteran dunia, Ibnu Sina ato yang ama orang-orang barat lebih dikenal dengan Avicena, beliau adalah pakar kedokteran yang berakhlak mulia dan taat kepada Allah. Dan sampe sekarang, buku beliau Al-Qonun Fit Thib yang kemudian diterjemahkan menjadi The Canon of Medicine menjadi mata kuliah wajib di fakultas-fakultas kedokteran di negara-negara barat. Al-Khawarizmi ato Algorizm, beliau matematikawan asal Arab yang nemuin angka nol. Beliau adalah pribadi muslim yang taat. Coba kita bayangin! Kalo seandainya gak ada angka nol, mungkin sampe sekarang kita bakalan make angka Romawi yang dinilai gak efektif. Jabir Ibnu Hayyan adalah seorang muslim yang ahli di bidang kimia. Selain sebagai ahli kimia, beliau juga adalah seorang tokoh tasawuf. Dalam bidang tasawuf, Ibnu Hayyan (panggilan Jabir Ibnu Hayyan) belajar kepada Imam Al-Ghazali dan Abu Hanifah, salah seorang dari madzahibul arba’ (empat madzhab) dalam ilmu fikih. Eh, guru tasawuf Ibnu Hayyan yang namanya Al-Ghazali itu juga ahli di bidang kimia lho. Ada lagi nih, kaya Ibnu Miskawaih yang selain beliau sebagai seseorang yang taat beragama, beliau juga ahli di bidang ilmu jiwa. Ada juga Al-Mawardi dalam dunia kedokteran dan masih banyak lagi tokoh-tokoh muslim lainnya, yang patut kita teladani, sebagai bukti keberhasilan hadits Rasul itu.
Tau Charless Darwin, khan? Yup, bener banget. Orang Inggris yang bilang kalo manusia itu berasal dari kera lewat teori evolusinya. Teori laki-laki yang lahir di Shrewsbury Inggris 12 Februari 1809 ini udah gak di akuin lagi dibeberapa negara (termasuk Indonesia) karena udah terbukti kebohongannya melalui teori penciptaan yang diusung ama seorang ‘alim asal Turki yang bernama Adnan Oktar ato yang lebih terkenal dengan nama penanya Harun Yahya. Meskipun teorinya udah terbukti sebagai sebuah pembohongan besar, tapi sebagian orang masih banyak tuh yang ngeyakinin kebeneran teori ini. Apa lagi di Amerika. Di Amerika seorang ilmuan bisa diterima keberadaannya kalo dia ngakuin kebeneran teori ini. Teori ini, sob, yang kemudian melahirkan orang-orang materialis yang gak percaya ama Tuhan. Astaghfirullah...!!!
Dulu di Turki, sebelum Harun Yahya berdakwah yang dimulain pada tahun 1979 buat ngancurin teori Darwin, mayoritas orang-orang di negerinya Kemal At-Tatruk ini yang ada di Universitas Mimar Sinan tempat Harun Yahya kuliah, udah ada di bawah pengaruh marxisme dan teorinya Darwin ini. Meskipun teori ini udah runtuh lewat teori penciptaan yang diusung ama Harun Yahya, tetep aja masih banyak mahasiswa, dosen, dekan dan orang-orang akademisi lainnya yang keukeuh dengan pendiriannya. Bahkan ada yang sampe bilang begini nih: “Seandainya saya melihat Allah denga mata kepala saya sendiri, saya akan tetap berperang melawan-Nya.” Ngakunya orang-orang ilmiah, tapi kok gak mau penjelasan yang lebih ilmiah dari teorinya Darwin? Dan kalo mereka setuju ama apa yang diusung Darwin lewat teori evolsinya, berarti mereka setuju dong kalo dibilang saudaranya si monkey. Dan ternyata, gak sedikit lho orang-orang di negeri kita yang masih berpegang teguh ama teori murtad ini yang pernah diajarin dulu di bangku SMP.
Itulah contoh kecil pendidikan kita yang lebih milih berkiblat ke sistem pendidikan negara-negara barat dari pada sistem pendidikan ala Islam. Emang teori darwin itu udah lewat, tapi itu jadi bukti kegagalan sisitem pendidikan yang dianut ama negara kita. Mudah-mudahan aja negara ini gak kaya Turki. Amin...
Karena Indonesia gak mau nerapain sistem pendidikan ala islam, makanya gak heran kalo banyak anak-anak yang putus sekolah. Dan kalo sistem pendidikan ala Islam ini diterapin, maka para remajapun bakalan selalu inget akan tujuan hidupnya di dunia ini yang hanya buat nyari bekal buat entar di akhirat, sebagaimana yang disabdain Nabi, “Dunia adalah ladang akhirat.” (Al-Hadits). Kalo udah begitu, maka para remaja bakalan berusaha sekuat tenaga buat ngeraih prestasi yang setinggi-tingginya dan tidak akan ada lagi pemuda yang mentingin dirinya sendiri, bahkan mungkin para remaja bakalan berfikir, “Buat apa kita seneng-seneng hidup di dunia, kalo entar di akhirat kita sengsara?” Nah, kalo gitu khan para remaja bakalan nyari jalan lain yang lebih etis, gak egois dan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain sesuai dengan ilmu yang dia dapet dari sekolah-sekolah buat kepentingan di dunia, wabil khushus, entar di akhirat. Dan kalo, misalnya, entar para remajanya megang posisi yang penting banget kaya jadi wakil rakyat gitu ato jabatan-jabatan yang lainnya, mereka bakalan berdedikasi penuh ama jabatannya itu, karena Islam ngajarin kita untuk ber-ijtihad dalam pekerjaan kita. Apa lagi kalo duduk di posisi yang penting banget. Tentram deh jadinya negeri ini. Dunia dapet, akhiratnya juga dapet.
Itulah hebatnya agama yang harus kita jadiin way of life buat kita semua. Gak ada lho agama yang ajarannya sekompleks agama ini. Emang bisa Islam dijadiin way of life? Ya, bisa lah, masa ya bisa dong?! Nih dengerin!
Allah khan pencipta dunia dan akhirat, jelas Dia lebih tau seluk-beluk buat ngedapetin kebahagiaan di dunia dan akhirat. Makanya, kalo kita pengen ngedapetin kebahagiaan di dunia dan akhirat, tentunya kita harus ngikutin jalan yang udah digarisin ama Allah swt., Pencipta dunia akhirat. Jalan yang digarisin ama Allah buat kita-kita biar kita bisa ngedapetin kebahagiaan di dunia dan akhirat ini adalah melalui ajaran-Nya yang udah diajarin melalui Rasul-Nya itu. Maka gak heran kalo Allah dan Rasul terakhir-Nya merintahin kita buat ngejadiin agama Islam sebagai way of life. Begitu, coy!
Semoga kita semua bisa ngamalin dan ngejalanin semua perintah agama dengan harapan bisa ngedapetin ridlo dari-Nya dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin...
Back To Islam
Pada waktu kita SMP dulu, kita ama guru Kewarganegaraan diajarin yang namanya Hak Asasi Manusia ato yang biasa disingkat HAM. Ato bahkan, mungkin, dulu ada yang sempet disuruh buat ngafalin UUD ’45 bab XA tentang HAM (Hak Asasi Manusia) pasal 28A sampai dengan pasal 28J. Iya, khan?
Kalo lagi ngomongin HAM, jadi inget ama orang Inggris yang namanya Magna Charta, ya? Itu lho yang di waktu SMP dulu kita dikenalin ke orang ini lewat Declaration of Human Rights yang ujung-ujungnya lahirlah yang namanya UNO (United Nations Organization) alias PBB pada tahun 1945 silam. Lah, t’rus apa hubungannya dengan HAM? Organisasi ini, bro, yang jadi sponsor utama penegakan HAM yang didanai ama Amrik dan sekutu-sekutunya. Setelah musuh utama mereka yang relatif lebih kuat yakni “asianisme” (Jepang) dan komunisme (Uni Sovyet) berhasil dijatuhin, berikutnya yang dijadiin sasaran penghancuran mereka adalah Islam. Nah, dari sini, bro, kemudian para pemuda Islam salah dalam ngartiin HAM itu. Kalo mereka ngartiin HAM khan ama kebebasan buat ngelakuin apa aja yang menurut mereka lebih “ideal” dengan jaman sekarang, meskipun itu bertentangan ama ajaran agama. Emang sih Islam menjunjung tinggi banget yang namanya HAM, tapi HAM yang seperti itu tuh gak ada dalam kamus Islam. Faham, khan, bro, maksudnya?
Oke, kita terusin pembahasan pokok kita...
Dalam Al-Quran surat Al-An’am Allah swt. berfirman: “Dan jika kamu taati kebanyakan manusia di muka bumi, maka akan menyesatkan dari jalan Allah...” (Q.S. Al-An-An’am: 116)
Maksud dari ayat itu adalah Allah memerintahkan kita biar kita gak kebawa arus yang bisa ngejauhin kita dari ajaran-Nya dalam ngejalanin hidup ini, apalagi di jaman yang edan ini.
Dalam bukunya, Ilhamuddin Nukman ngutip apa yang dikatakan ama Frank F. Lunn yang begini nih bunyinya: “Tentu saja, memang lebih mudah berjalan mengikuti arus, tetapi dalam kehidupan sehari-hari, arus tidak selalu membawa kita ke tujuan yang kita inginkan.” Dan kayanya apa yang dikatakan ama Lunn ini sesuai dengan firman Allah surat Al-An’am ayat 116 tadi, ya?
Emang sih, orang-orang sekarang udah pada kebalik semua, orang-orang yang gak mau ngikutin ajaran agama di bilang modern, funky, gaul dan lainnya sedang orang-orang yang berpegang teguh ama ajaran-Nya, dibilang kolot, primitif, jadul, kuper ato yang lainnya yang bisa bikin kita ngerasa asing di negeri kita sendiri, bahkan mungkin kita bakalan nanya ama diri kita sendiri, “ini negara dengan umat Islam terbesar di dunia apa bukan sih? Kok kayanya mereka wester than western (lebih barat daripada orang-orang yang di barat).” Jadinya, mereka yang pendirian dan pengetahuan agamanya lemah ngerasa asing kalo berpegang teguh ama ajaran Muhammad saw., karena udah termakan ama ucapan mereka yang ngakunya gaul, funky, cool abis ato yang lainnya lah yang mereka sendiri juga gak ngerti.
Eh, ngomong-ngomong soal asin, eh... asing, jadi teringat ama hadits nabi, “...Berbahagialah orang-orang asing.” Para sahabat bertanya, “Siapakah orang-orang asing itu, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Yaitu orang-orang yang senantiasa melakukan perbaiakan di saat kebanyakan orang berbuat kerusakan.” (H.R. Muslim).
Nah, gimana, sob? Rasulullah ngajarin kita biar kita bisa kaya ikan-ikan di laut dalam ngejalanin hidup ini. Kok gak nyambung? Tenang aja! Kalo kita mau mikir filosofi kehidupan ikan-ikan di laut, maka kita bakalan nemuin benang merah antara ikan-ikan itu ama hadits riwayat Muslim itu.
Begini nih maksudnya, ikan itu kan hidupnya di laut, dan kita tau kalo air laut itu rasanya asin. Yang bilang air laut itu tawar, berarti dia “buta rasa”. just kidding, pren. Meskipun ikan-ikan itu hidup di air laut yang asin, tapi ikan-ikan itu gak ikut-ikutan asin, khan? Kecuali kalo kita masaknya pake garam ato yang lainnya. Iya, khan?
Hubungannya ama kehidupan kita, meskipun kita hidup di tengah-tangah masyarakat yang udah gak karuan ini, kita gak boleh ikut-ikutan asin, eh, maksudnya itu gak karuan. Nah, udah nyambung, khan? Dan kita gak usah termakan ama gaya hidup yang mereka sebut modern, gaul, funky yang kalo kita buka kamus, kita bakalan dapet arti dari kata dasar funk yang sebenernya yaitu busuk. Artinya busuk, tapi mereka kok mau ya dibilang funky? Gak abis fikir jadinya!
Bagaimana caranya biar kita gak kebawa arus yang deras banget ini?
Pertanyaan bagus! Caranya, kita harus nguatin benteng keimanan kita lewat pengetahuan ilmu-ilmu agama dan kembali kepada ajaran agama. Sekarang banyak kok majlis ta’lim-majlis ta’lim yang bisa kita manfaatin sebagai penguat benteng keimanan kita, ato bisa juga kita menyibukkan diri dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Kalo udah gitu, pasti kita bakalan hidup tenang meskipun kita sebagai tuan rumah ngerasa “asing” di rumah sendiri. Dan inget! Ketenangan dalam hidup ini yang sulit didapet ama orang-orang, karena ‘gak bisa diraih hanya dengan materi doang. Dan hidup asing ini yang dianjurin ama Allah dan Nabi terakhir kita, Muhammad saw. Jadi biarin aja mereka ngomongin apa soal kita, biarin hidup kita seperti air yang mengalir di sungai-sungai keimanan kita. Wuih, bahasanya... udah kaya sastrawan aja tuh. Maksudnya begini nih, pren, kita jalanin hidup kita sesuai dengan apa yang diajarin ama Allah dan Rasulullah. Just life it flow, friends. Biarin aja anjing menggonggong, tapi kafilah tetep berlalu. Oke...
Semoga dalam ngejalanin kehidupan ini, kita semua termasuk ke dalam golongannya orang-orang yang selalu hidup asing di negaranya sendiri. Ya Muqollibal qulub, tsabbit qolby ‘ala dinika wa ‘ala tho’atika. Amin...

0 komentar:

Posting Komentar